Senin, 16 Januari 2017

Penanganan Manajemen Konflik PT Telekomunikasi Indonesia.Tbk


konflik menghadapi risiko suku bunga


Hutang kami termasuk pinjaman bank untuk mendanai operasi. Jika diperlukan, kami berupaya untuk mengurangi potensi risiko terhadap suku bunga dengan melakukan kontrak swap suku bunga untuk melakukan swap atas suku bunga mengambang menjadi suku bunga tetap atas tenor pinjaman tertentu. Namun kebijakan lindung nilai (hedging) ini mungkin tidak cukup mengatasi risiko terhadap fluktuasi suku bunga dan hal ini dapat berdampak pada beban suku bunga yang besar dan berakibat buruk pada bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi kami.



Tahun 2013 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia akibat meningkatnya tekanan pada stabilitas makroekonomi. Dalam merespon berbagai tantangan tersebut, Bank Indonesia telah menempuh kebijakan moneter yang lebih ketat berupa kenaikan BI rate sebesar 175 bps untuk memitigasi tekanan inflasi dan mendorong penyesuaian defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan.



Trend kenaikan suku bunga acuan BI rate diikuti oleh kenaikan suku bunga JIBOR dan SBI. Walaupun trend suku bunga JIBOR dan suku bunga SBI cenderung meningkat sepanjang tahun 2013, namun dampak kenaikan ini terhadap kewajiban perusahaan dalam pembayaran bunga loan masih manageable atau dalam koridor RKAP ke depan dengan masih dibayanginya ketidakpastian perekonomian global serta masih adanya potensi terjadinya tekanan inflasi maka walaupun fundamental ekonomi RI diyakini masih cukup kuat, namun tidak ada jaminan bahwa suku bunga acuan BI rate akan turun atau stabil.



Kami mungkin tidak berhasil mengelola risiko nilai tukar mata uang asing

Perubahan nilai tukar berpengaruh dan akan terus mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil operasi kami. Sebagian besar kewajiban hutang kami adalah dalam denominasi Rupiah dan sebagian besar belanja modal Kami dalam Dolar AS. Sebagian besar pendapatan kami diperoleh dalam Rupiah dan hanya sebagian kecil dalam Dolar AS (antara lain dari layanan internasional). Kami juga dapat menambah hutang jangka panjang kami dalam mata uang lain selain Rupiah, termasuk dalam Dolar AS, untuk mendanai kebutuhan belanja modal.



Secara keseluruhan program manajemen risiko keuangan kami bertujuan untuk meminimalkan kerugian atas nilai aset dan liabilitas yang dapat timbul dari pergerakan nilai tukar mata uang asing. Kami mempunyai kebijakan tertulis untuk manajemen risiko mata uang asing terutama melalui penempatan deposito berjangka dan lindung nilai untuk mengantisipasi risiko fluktuasi mata uang asing dalam jangka waktu tiga sampai dengan dua belas bulan. 



Nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS relatif mengalami pelemahan pada tahun 2013 dan di masa depan kami tidak dapat menjamin bahwa kami akan mampu mengelola risiko nilai tukar dengan sukses atau bahwa usaha, kondisi keuangan atau hasil operasi kami tidak akan terpengaruh negatif akibat risiko nilai tukar.



Kami mungkin tidak mampu membiayai belanja modal yang dibutuhkan bagi kami untuk tetap kompetitif di industri telekomunikasi di Indonesia

Industri layanan telekomunikasi adalah padat modal. Agar kompetitif, kami harus secara terus-menerus mengembangkan, memodernisasi dan memperbaharui teknologi infrastruktur telekomunikasi kami, yang mencakup investasi modal yang substansial. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember, 2011, 2012 dan 2013 belanja modal konsolidasi masing-masing berjumlah Rp14.603 miliar, Rp17.272 milliar dan Rp 24,898 (US$ 3,030 juta), kemampuan kami untuk membiayai belanja modal di masa depan akan bergantung pada kinerja operasional masa depan, yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi saat ini, tingkat suku bunga, serta keuangan, bisnis dan faktor-faktor lainnya, banyak di antaranya berada diluar dari kendali kami, dan bergantung pada kemampuan kami untuk mendapatkan tambahan pembiayaan eksternal. Kami tidak dapat menjamin bahwa pembiayaan tambahan akan tersedia bagi kami dengan persyaratan yang sesuai secara komersial, atau akan tersedia pembiayaan tambahan sama sekali. Selain itu, kami hanya dapat menambah pembiayaan sesuai dengan ketentuan perjanjian hutang kami. Oleh karenanya, kami tidak dapat menjamin bahwa kami akan memiliki sumber modal yang cukup untuk mengembangkan atau memperluas teknologi infrastruktur telekomunikasi agar tetap kompetitif di pasar telekomunikasi Indonesia. Kegagalan kami melakukan hal tersebut dapat memberi dampak yang merugikan secara material terhadap bisnis, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha kami.

source :
http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0040_risiko.html

Manajemen Pengawasan PT Telekomunikasi Indonesia.Tbk

Komite Evaluasi Dan Monitoring Perencanaan Dan Resiko

Pembentukan dan pelaksanaan kerja Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko atau KEMPR (sebelumnya Komite Pengkajian Perencanaan dan Risiko) mengacu pada Pedoman Pelaksanan Kerja (Charter) KEMPR yang terakhir diterbitkan melalui Keputusan Dewan Komisaris No.04/KEP/DK/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerja (Charter) KEMPR PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Keputusan Dewan Komisaris tersebut merupakan perubahan dari Keputusan Dewan Komisaris No.02/KEP/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009 yang diterbitkan juga sebagai perubahan dari Keputusan Dewan Komisaris No.06/KEP/DK/2006 tanggal 19 Mei 2006.
Tujuan pembentukan KEMPR di antaranya adalah untuk melakukan tinjauan atas rencana jangka panjang Perseroan dan rencana kerja anggaran tahunan Perseroan serta menyampaikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris atas kebijakan-kebijakan yang akan diambil berkaitan dengan kedua hal tersebut. Komite ini juga bertanggung jawab terhadap pemantauan pelaksanaan rencana bisnis Perusahaan dan bertugas memberikan hasil tinjauan yang komprehensif sebagai masukan bagi Dewan Komisaris dalam meninjau dan memantau proses pelaksanaan bisnis Perusahaan, penganggaran belanja modal serta penerapan manajemen risiko Perusahaan.

Profil Komite Evaluasi Dan Monitoring Perencanaan Dan Risiko

Pada tahun 2012, susunan keanggotaan KEMPR berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris o.07/KEP/DK/2012 tanggal 28 Mei 2012 terdiri dari:
Keanggotaan Nama
Ketua Parikesit Suprapto
Sekretaris Ario Guntoro
Anggota Hadiyanto
Johnny Swandi Sjam
Virano Gazi Nasution
Adam Wirahadi
Widuri Meintari Kusumawati
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko
Lingkup tugas dari KEMPR adalah untuk:
• Menyampaikan laporan evaluasi atas usulan RJPP atau CSS dan RKAP yang diajukan oleh Direksi sesuai jadwal yang ditentukan oleh Dewan Komisaris.
• Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dalam memberikan persetujuan CSS dan RKAP.
• Menyampaikan laporan evaluasi kepada Dewan Komisaris terkait dengan pelaksanaan CSS dan RKAP serta penerapan manajemen risiko Perseroan.
• Memberikan rekomendasi terkait dengan pelaksanaan manajemen risiko.
Independensi Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko
Seluruh anggota KEMPR (kecuali Parikesit Suprapto, Hadiyanto, Johnny Swandi Sjam, Gatot Trihargo, dan Virano Gazi Nasution) merupakan anggota eksternal dan bersifat independen.

Tata Kelola Internal Audit
Unit Internal Audit (”IA”) berperan dalam menjalankan fungsi pengendalian atas aktivitas bisnis Perusahaan. Untuk tujuan itu, seperti diatur dalam peraturan pasar modal yang berlaku, IA bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.

Piagam Internal Audit

Guna menguatkan peran dan tanggung jawab dari IA, Piagam Internal Audit (IA Charter) telah mendeskripsikannya secara jelas yang berisi visi, misi, struktur, status, tugas tanggung jawab dan wewenang IA, persyaratan auditor dan persetujuan Direktur Utama termasuk Komite Audit atas isi Piagam IA, dengan berpedoman pada standar profesi internal audit internasional yaitu The International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing yang dikeluarkan oleh Institut Internal Auditor (“IIA”).


Tugas dan Tanggung Jawab Internal Audit
Aktivitas IA diarahkan pada komitmen bahwa misi IA dapat terselenggara secara metodologis, yang berarti setiap tahapan kegiatan audit dan konsultasi internal yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pemantauan hasil tindak lanjut merupakan proses yang terstandarisasi dan terukur. Untuk tujuan ini, pada tahap persiapan audit, metodologi audit berbasis risiko menjadi pedoman utama yang menekankan bahwa penentuan auditable units didasarkan pada tingkat risiko dari masing-masing proses bisnis, makin tinggi risiko makin tinggi keharusan untuk diaudit. Tingkat risiko dari sasaran audit didasarkan kepada risiko yang telah dipetakan dan ditetapkan oleh Perusahaan maupun penilaian profesional oleh IA sendiri.
Peningkatan peran serta IA dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas assurance atas operasional Perusahaan melalui aktivitas audit maupun non audit. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa risiko-risiko bisnis yang mungkin terjadi dapat segera diatasi melalui pengendalian internal yang efektif. Jika ditemukan ketidakefektifan pada pengendalian suatu proses bisnis dan atau risiko yang di luar kendali, maka dilakukan substantive test, yaitu pengujian lanjut objek audit guna mendalami akar permasalahannya.
Sebagai bagian dari Perusahaan yang punya komitmen tinggi terhadap keberhasilan GCG, IA memiliki peranan penting dalam mekanisme whistleblower yang merupakan domain Komite Audit dan Executive Investigative Committee (“EIC”), di mana kepala IA ditunjuk sebagai sekretaris EIC. Mekanisme whistleblower berfungsi untuk mengakomodasi setiap ‘pengaduan’ oleh karyawan untuk diteruskan kepada manajemen. Pada gilirannya, jika Komite Audit dan EIC menilai bahwa pengaduan perlu diselidiki lebih lanjut, IA akan mengambil peran untuk menindaklanjuti sebagai bagian dari tugas audit.
Sejak tahun 2007, IA dipimpin oleh Tjatur Purwadi, SE, MM, karyawan Perseroan yang telah meniti karir panjang pada bidang teknis operasional. Kemudian yang bersangkutan ikut aktif menyusun dan membenahi sistem akuntansi perseroan sehingga mengantarkannya pada posisi Vice President Financial & Logistic Policy sebelum memangku jabatan Head of IA.


Evaluasi GCG
Untuk mengetahui pencapaian kinerja GCG, setiap tahun Perusahaan dinilai oleh The Indonesian Institutes for Corporate Governance (“IICG”) yaitu lembaga independen pemeringkat GCG di Indonesia. Dalam proses pemilainnya, IICG melakukan riset dan pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (“CGPI”) terhadap Perusahaan public (emiten), BUMN dan Perusahaan lain diluar kategori emiten dan BUMN, dan akhirnya menetapkan peringkat beberapa Perusahaan termasuk Telkom. Hasilnya, Telkom memperoleh predikat terbaik sebagai: The Most Trusted Company sesuai tema penilaian GCG yaitu “GCG sebagai Etika” pada tahun 2011.
Penilaian CGPI meliputi empat tahap dengan bobot nilai yang berbeda:
1. Self assessment, Perusahaan diminta untuk mengisi kuesioner sesuai tema penilaian GCG;
2. Observasi dokumen, Perusahaan menyampaikan kebijakan, prosedur dan bukti-bukti lain yang menunjukkan penerapan GCG di Perusahaan;
3. Penilaian makalah dan presentasi, Perusahaan menyusun makalah yang menjelaskan kegiatan Perusahaan dalam menerapkan GCG sesuai tema penilaian dan mempresentasikan makalahnya kepada dewan juri; dan
4. Pengamatan Dewan Juri mengunjungi Telkom untuk melakukan tanya jawab, pengamatan dan peninjauan lokasi untuk menelaah kepastian penerapan GCG di Perusahaan mengacu pada hasil self assessment, pengamatan dokumen dan makalah.
Disamping penilaian oleh IICG, Telkom juga seringkali terpilih oleh lembaga pemeringkat GCG sebagai nominasi untuk diamati karena dipandang sebagai salah satu benchmark atau panutan bagi perusahaan lain. Beberapa pencapaian atas evaluasi tersebut antara lain adalah:
1. Penghargaan Most Consistent Dividend Policy and Strongest Adherence to Corporate Governance;
2. Penghargaan yang diterima dari Majalah Finance Asia dalam kategori “Best Managed Company”;
3. Penghargaan tertinggi yaitu: “Indonesia Most Trusted Companies” atas hasil penilaian GCG oleh lembaga independen Indonesian Institute for Corporate Governance (“IICG”) dan Majalah Swa dengan peringkat: “Sangat Terpercaya”;
4. Penghargaan “Indonesia Trusted Company” based on survey to investors and analysts;
5. Penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Awards (“ISRA”); dan
6. Penghargaan Best State-Owned Enterprises (“SOE”) BUMN, Indonesian Institute for Corporate Directorship (“IICD”)


Pelaksanaan Public Relations
Berdasarkan yang telah dijelaskan pada bab – bab sebelumnya, penulis berpendapat bahwa komunikasi dua arah ( timbal balik ) dalam kegiatan internal dan eksternal merupakan salah satu faktor penting untuk tercapainya saling pengertian dan kerja sama yang baik guna menjamin lancarnya proses manajemen yang pada akhirnya dapat mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Peranan Public Relations di Telkom UNER I Sumatera telah dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana telah diketahui, kegiatan Public Relations pada perusahaan ini dijalankan dan dipromosikan oleh bagian Sekretariat dan tim Account Manager (AM) yang berhubungan langsung dengan pihak luar (customer).
Untuk dapat menunjang dan memperlancar kegiatan Public Relations maka Public Relations Officer (PRO) perlu membina kerja sama yang baik dengan media massa dan pihak pers. Oleh karena itu, kegiatan Press Release menjadi salah satu kegiatan Public Relations yang wajib dijalankan. Kegiatan Press Release merupakan kegiatan pemberian informasi melalui majalah, surat kabar, dan media elektronik dengan isi yang singkat, tepat, dan lengkap dengan tujuan untuk menarik perhatian masyarakat umum sebagai sasarannya.
PT. Telkom UNER I telah melaksanakan fungsi – fungsi Public Relations dengan baik, yaitu menyampaikan kebijakan kebijakan atau tujuan organisasi, mendengarkan pendapat-pendapat masyarakat, menciptakan suasana saling mengerti dan menjalin interaksi yang baik dengan masyarakat. Hal ini telah menjadi tujuan yang ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan. Kegiatan Public Relations ini diarahkan untuk menanamkan pemahaman dan pengertian tentang tugas dan juga fungsi perusahaan serta menampung opini publik yang bersifat membangun.


Internal Public Relations
Pada Internal Public Relations ini targetnya adalah hubungan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, terutama para karyawannya yang mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan perusahaan. Kegiatan Public Relations ini diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan diantara para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan.
Peranan Public Relations sebagai komunikator
1. Public Relations memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada publiknya baik internal maupun eksternal.
2. Public Relations memberikan informasi yang diperoleh dari publik eksternal untuk peningkatan wawasan dan pengetahuan dengan tujuan untuk peningkatan sumber daya manusia di perusahaan.
3. Public Relations memberikan masukan untuk peningkatan prestasi dan produktifitas kerja dengan didasari opini / saran / pendapat dari publik eksternal.
4. Public Relations menyusun jadwal rapat, baik itu mingguan maupun bulanan.
5. Public Relations memberikan dan menjelaskan kebijakan-kebijakan yang berlaku di dalam perusahaan.
Informasi yang didapatkan oleh Public Relations dari media massa dan pimpinan disampaikan kepada para karyawan. Hal ini sangat membantu dalam pencapaian tugas-tugas karyawan agar mencapai target perusahaan. Penyampaian informasi kepada publik internal dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberitahukan kepada karyawan pada saat briefing ataupun dengan membiarkan karyawan mengetahui sendiri perkembangan perusahaan lewat situs yang disediakan perusahaan.
Karena perusahaan ini menggunakan struktur organisasi yang berbentuk garis dan staf, komunikasi antar bagian atau departemen sulit dilaksanakan. Maka peranan Public Relations untuk menjembatani antar bagian tersebut.


Eksternal Public Relations
Bagi suatu perusahaan, hubungan dengan public di luar perusahaan merupakan hal yang penting dan suatu keharusan yang mutlak. Sesuai dengan sifatnya, dalam masyarakat modern tidak akan ada kemungkinan bagi seorang manusia atau perusahaan bisa hidup menyendiri. Masing-masing akan saling membutuhkan satu sama lain.
Semua komunikasi dengan publik eksternal hendaknya dilakukan perusahaan itu secara informatif dan persuasif. Informasi hendaknya diberikan secara jujur, teliti, dan berdasarkan fakta yang sebenarnya. Dalam hal ini, publik mempunyai hak untuk mengetahui keadaan sesuatu hal yang berhubungan dengan kepentingannya. Publik kadang-kadang sangat kritis terhadap sesuatu yang aktual dan tidak biasa. Karenanya, sifat yang ramah merupakan salah satu syarat yang bisa menentukan berhasil tidaknya usaha Eksternal Public Relations.

Source :
http://triaafsyari.mhs.narotama.ac.id/2015/11/29/pengawasan-manajemen/

Teori Motivasi

Pengertian Motivasi dan Teori-teori Motivasi  – Sebuah perusahaan Manufakturing, pada umumnya memiliki jumlah karyawan yang banyak. Agar karyawan-karyawan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik sehingga mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan, diperlukan Motivasi yang cukup dalam bekerja. Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu “Movere” yang artinya adalah “Menggerakkan”. 
Dalam sebuah buku yang saya baca, dikatakan bahwa definisi dari Motivasi adalah proses-proses psikologis yang menyebabkan Stimulasi, arahan, dan kegigihan terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan secara sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan” (Robert Kreitner, 2014). Saat ini, telah banyak teori-teori mengenai Motivasi. Hampir semua Teori Motivasi mengemukakan keterkaitan Motivasi dengan kebutuhan-kebutuhan manusia. Dengan cara memenuhi kebutuhan manusia tersebut, Motivasi kerja secara otomatis akan terwujud.
Beberapa Teori Motivasi yang sering digunakan diantaranya adalah :
Teori-teori Motivasi
1. Teori Hierarki Maslow
Teori Hierarki ini dikemukakan oleh seorang psikolog yang bernama Abraham Maslow pada tahun 1943.  Teori ini mengemukakan 5 kebutuhan hidup manusia berdasarkan Hirarkinya yaitu mulai dari kebutuhan yang mendasar hingga kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini kemudian dikenal dengan Teori Maslow atau Teori Hirarki Kebutuhan. Hirarki kelima Kebutuhan tersebut diantaranya adalah :
  • Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs), yaitu kebutuhan terhadap makanan, minuman, air, udara, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan untuk bertahan hidup. Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
  • Kebutuhan Keamanan (Safety needs), yaitu kebutuhan akan rasa aman dari kekerasan baik fisik maupun psikis seperti lingkungan yang aman bebas polusi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta bebas dari ancaman.
  • Kebutuhan Sosial (Social needs), yaitu kebutuhan untuk dicintai dan mencintai. Manusia merupakan makhluk sosial, Setiap orang yang hidup di dunia memerlukan keluarga dan teman.
  • Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs), Maslow mengemukan bahwa setelah memenuhi kebutuhan Fisiologis, Keamanan dan Sosial, orang tersebut berharap diakui oleh orang lain, memiliki reputasi dan percaya diri serta dihargai oleh setiap orang.
  • Kebutuhan Aktualisasi diri (Self-Actualization), Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi menurut Maslow, Kebutuhan Aktualisasi diri adalah kebutuhan atau keinginan seseorang untuk memenuhi ambisi pribadinya.
2. Teori ERG Alderfer
Pada tahun 1969, Clayton Alderfer mempublikasikan artikel tentang kebutuhan manusia yang berjudul “An Empirical Test of a New Theory of Human Need”. Teori tersebut merupakan Teori Alternatif terhadap Teori Hirarki Maslow. Teori ini mengemukan Tiga kebutuhan Manusia yaitu :
  • Kebutuhan Eksistensi (Existence needs) yaitu kebutuhan akan pemenuhan faktor fisiologis dan Materialistis termasuk kebutuhan akan rasa aman.
  • Kebutuhan Hubungan (Relatedness needs) yaitu kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain.
  • Kebutuhan Pertumbuhan (Growth needs) yaitu kebutuhan atau keinginan untuk bertumbuh dan mencapai potensi diri secara maksmal.
Teori yang dikemukakan oleh Clayton Alderfer ini kemudian dikenal dengan Teori ERG Alderfer yaitu singkatan dari Existance, Relatedness dan Growth.
3. Teori Kebutuhan McClelland
Seorang Psikolog Amerika Serikat yang bernama David McClelland mengemukan hubungan antara kebutuhan pencapaian, afiliasi dan kekuasaan pada akhir 1940-an.  Teori Kebutuhan McClelland diantaranya adalah :
  • Kebutuhan akan Pencapaian (need for achievement)
  • Kebutuhan akan Afiliasi (need for affiliation)
  • Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)
4. Teori Motivator-Hygiene Herzberg
Frederick Herzberg adalah seorang Psikolog Amerika Serikat yang mengemukan Teori Motivator-Hygiene Herzberg. Teori tersebut didapat dari penelitian terhadap 203 akuntan dan teknisi di area Pittsburgh, Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan dua faktor yang berbeda yaitu kepuasan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Teori Motivator-Hygiene Herzberg juga dikenal dengan Teori Dua Faktor.
  • Kepuasan bekerja, yaitu faktor yang berkaitan dengan pengakuan, prestasi, tanggung jawab yang memberikan kepuasan positif. Faktor ini sering disebut juga dengan Faktor Motivator.
  • Ketidakpuasan bekerja, yaitu faktor yang berkaitan dengan gaji, keamanan bekerja dan lingkungan kerja yang seringkali memberikan ketidakpuasan. Faktor ini sering disebut dengan Faktor Hygiene.
5. Teori Harapan Vroom
Seorang professor Kanada yang bernama Victor Vroom pada tahun 1964 dalam bukunya yang berjudul “Work and Motivation” mengemukan sebuah Teori Motivasi yang beranggapan bahwa orang-orang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena menginginkan suatu hasil yang diharapkan. Teori tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Teori Harapan atau Expectancy Theory.
Terdapat 3 konsep Teori Harapan Vroom, yaitu :
  • Harapan (Expectancy), yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu usaha akan menghasilkan kinerja tertentu. Effort (Usaha) → Performance (Kinerja).
  • Instrumentally, yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu kinerja akan mendapatkan hasil tertentu. Performance (Kinerja) → Outcome (Hasil)
  • Valensi (Valence), yaitu  mengarah pada nilai positif dan negative yang dirujuk oleh orang-orang terhadap sebuah hasil.

Pandangan Motivasi dalam Organisasi

Pandangan motivasi dalam organisasi dapat dilihat dari tiga jenis teori motivasi yang ada, yaitu :
1. Model Tradisional Tidak lepas dari teori manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederic Winslow Taylor. Model ini mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dengan sistem pengupahan insentif untuk memacu para pekerja agar memberikan produktivitas yang tinggi.Teori produktivitas memandang bahwa tenaga kerja pada umumnya malas dan hanya dapat dimotivasi dengan memberikan penghargaan dalam wujud materi (uang). Pendekatan ini cukup efektif dalam banyak situasi sejalan dengan peningkatan efisiensi. Disini pemutusan hubungan kerja sudah merupakan suatu kebiasaan dan para pekerja akan mencari jaminan daripada hanya kenaikan upah kecil dan sementara.
2. Model hubungan Manusiawi Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak-kontak sosial karyawan pada pekerjaannya adalah penting, kebosanan dan tugas yang rutin merupakan pengurang dari motivasi. Untuk itu para karyawan perlu dimotivasi melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial dan membuat mereka berguna dan penting dalam organisasi.Para karyawan diberi kebebasan membuat keputusan sendiri dalam pekerjaannya, untuk para pekerja informal perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Lebih banyak informasi disediakan untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi.
3. Model Sumber Daya Manusia McGregor, Maslow, Argyris dan Likert mengkritik model hubungan manusiawi, bahwa seorang bawahan tidak hanya dimotivasi dengan memberikan uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti, dalam arti lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik, diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan pelaksanaan tugas.

Management By Exception

MBE adalah suatu kemampuan dasar yang disediaakan oleh sistem informatika yang berbasis komputer yang memikul sebagian tanggungjawab dalam pengendalian sistem fisik maka waktu yang dimiliki manajer dapat digunakan secara efektif.

Pada Management By Exception (MBE) seorang manajer untuk dapat melakukan pengendalian atas bagian yang menjadi tanggungjawabnya harus didukung oleh tersedianya :
1) Informasi mengenai apa yang telah dan sedang dicapai pada unit kerjanya.
2) Standar kinerja yang dapat menunjukkan apa yang harus dicapai oleh unit kerjanya.

Standar yang dikombinasikan dengan output informasi misalnya laporan penjualan maka memungkinkan terjadinya Management By Exception. MBE adalah gaya atau tindakan yang dilakukan manajer apabila terjadi letidalsesuaian antara Kinerja Aktual( apa yang telah dan sedang dicapai ) dengan Standar Kinerja ( apa yang harus dicapai).

Contoh :Ω Seorang manajer menetukan bahwa jumlah produksi Susu Bantal Real Good dalam sehari harus ada 50.000 bungkus sampai 75.000 bungkus. Karena suatu waktu dimana saat kapasitas tenaga kerja lebih banyak bekerja (lembur) maka jumlah produksi Susu Bantal Real Good meningkat drastis menjadi 94.000 bungkus hari itu. Maka saatnya MBE beraksi. Manajer memikirkan dan mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh kelebihan produksi.

Ω Keputusan yang dapat diambil antara lain:- Menyimpan sisa produksi susu bantal di gudang untuk persediaan stock.- Menjual kepada agen atau eceran terdekat dengan harga yang terjangkau.- Mempromosikan untuk penjualan sebagai hadiah atau sampel.

Dalam mengambil keputusan manajer harus diperhitungkan :1. manajer tidak membuang waktu memantau aktivitas yang berlangsung secara normal2. keputusan dapat lebih terfokus pada hal hal yang lebih memerlukan perhatian.3. perhatian dipusatkan pada peluang-peluang maupun hal-hal yang berjalan

Seorang manager dapat melakukan pengendalian atas bagian yang menjadi tanggung jawabnya harus didukung oleh tersedianya:
  • Informasi mengenai dan apa yang sedang dicapai oleh unit kerjanya
  • Standar kinerja yang dapat menunjukan apa yang harus dicapai oleh unit kerjanya.
  • Standar yang dikombinasikan dengan output informasi (misalnya laporan penjualan) akan memungkinkan terjadinya management by exception.


Management by exception adalah gaya atau tindakan yang dilakukan manager apabila terjadi ketidaksesuaian antara kinerja aktual(apa yang sedang dicapai) dengan standar kinerja(apa yang harus dicapai).

Contoh:
seorang manager menentukan bahwa jumlah produksi sepatu dalam sehari harusberada dalam jangkauan 1000 sampai 1250 pasang sepatu.apabila dalam suatu saatjumlah produksi melebihi standar yang ditentukan,misalnya hingga 1500 pasang sepatu maka berlakulah MBE.manager melakukan dan mengambil keputusan pada kondisi saat itu.
Jika anda seorang manager apa yang akan anda lakukan terhadap kelebihan produksi sepatu tadi?

Management by exception memberikan tiga kelebihan dasar:
  • manager tidak membuang waktu untuk memantau aktivitas yang berlangsung secara normal.
  • keputusan dapat lebih terfokus pada hal hal yang lebih memerlukan perhatian.
  • perhatian dipusatkan pada peluang peluang maupun hal hal yang berjalan semestinya.

MBE adalah suatu kemampuan dasar yang disediakan oleh SIBK (sistem informasiberbasis komputer). Dengan kondisi dimana SIBK memikul sebagian tanggung jawab dalam pengendalian sistem fisik,maka waktu yang dimiliki manager dapat digunakan secara efektif.

Management Information System

Management Information System atau Sistem Informasi Manajemen 
adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
Management Information System atau Sistem Informasi Manajemen merupakan sebuah bidang yang mulai berkembang sejak tahun 1960an. Walau tidak terdapat konsensus tunggal, secara umum SIM didefinisikan sebagai sistem yang menyediakan informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, serta pengambilan keputusan sebuah organisasi. SIM juga dikenal dengan ungkapan lainnya seperti: “Sistem Informasi”, “Sistem Pemrosesan Informasi”, “Sistem Informasi dan Pengambil Keputusan”. SIM menggambarkan suatu unit atau badan yang khusus bertugas untuk mengumpulkan berita dan memprosesnya menjadi informasi untuk keperluan manajerial organisasi dengan memakai prinsip sistem. Dikatakan memakai prinsip sistem karena berita yang tersebar dalam berbagai bentuknya dikumpulkan, disimpan serta diolah dan diproses oleh satu badan yang kemudian dirumuskan menjadi suatu informasi.
Baskerville dan Myers berargumentasi bahwa SIM sudah saatnya menjadi sebuah disiplin ilmu secara mandiri. Davis menawarkan konsensus, bahwa setidaknya terdapat lima aspek yang dapat dikategorikan sebagai ciri khusus bidang SIM :
  1. Proses Manajemen, seperti perencanaan strategis, pengelolaan fungsi sistem informasi, dan seterusnya.
  2. Proses Pengembangan, seperti manajemen proyek pengembangan sistem, dan seterusnya.
  3. Konsep Pengembangan, seperti konsep sosio-teknikal, konsep kualitas, dan seterusnya.
  4. Representasi, seperti sistem basis data, pengkodean program, dan seterusnya.
  5. Sistem Aplikasi, seperti Knowledge Management, Executive System, dan seterusnya.

Fungsi / Manfaat Sistem Informasi Manajemen

Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis.
Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.


Beberapa manfaat atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
  2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
  3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
  4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
  5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
  6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
  7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.
  8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.
  9. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
Konsep Dasar Informasi

Terdapat beberapa definisi, antara lain :
  1. Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
  2. Sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Sebagai contoh, informasi yang menyatakan bahwa nilai rupiah akan naik, akan mengurangi ketidakpastian mengenai jadi tidaknya sebuah investasi akan dilakukan.
  3. Data diatur untuk membantu memilih beberapa tindakan saat ini atau masa depan, atau non-tindakan untuk memenuhi tujuan perusahaan (pilihan ini disebut bisnis pengambilan keputusan)

Sebagai dasar pengetahuan, Informasi adalah kumpulan dari data-data yang diolah sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan bermanfaat. Sedang data adalah fakta-fakta, angka-angka atau statistik-statistik yang dari padanya dapat menghasilkan kesimpulan. Kedepannya informasi -informasi yang terkumpul dapat diolah menjadi sebuah pengetahuan baru.