Senin, 16 Januari 2017

Penanganan Manajemen Konflik PT Telekomunikasi Indonesia.Tbk


konflik menghadapi risiko suku bunga


Hutang kami termasuk pinjaman bank untuk mendanai operasi. Jika diperlukan, kami berupaya untuk mengurangi potensi risiko terhadap suku bunga dengan melakukan kontrak swap suku bunga untuk melakukan swap atas suku bunga mengambang menjadi suku bunga tetap atas tenor pinjaman tertentu. Namun kebijakan lindung nilai (hedging) ini mungkin tidak cukup mengatasi risiko terhadap fluktuasi suku bunga dan hal ini dapat berdampak pada beban suku bunga yang besar dan berakibat buruk pada bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi kami.



Tahun 2013 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia akibat meningkatnya tekanan pada stabilitas makroekonomi. Dalam merespon berbagai tantangan tersebut, Bank Indonesia telah menempuh kebijakan moneter yang lebih ketat berupa kenaikan BI rate sebesar 175 bps untuk memitigasi tekanan inflasi dan mendorong penyesuaian defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan.



Trend kenaikan suku bunga acuan BI rate diikuti oleh kenaikan suku bunga JIBOR dan SBI. Walaupun trend suku bunga JIBOR dan suku bunga SBI cenderung meningkat sepanjang tahun 2013, namun dampak kenaikan ini terhadap kewajiban perusahaan dalam pembayaran bunga loan masih manageable atau dalam koridor RKAP ke depan dengan masih dibayanginya ketidakpastian perekonomian global serta masih adanya potensi terjadinya tekanan inflasi maka walaupun fundamental ekonomi RI diyakini masih cukup kuat, namun tidak ada jaminan bahwa suku bunga acuan BI rate akan turun atau stabil.



Kami mungkin tidak berhasil mengelola risiko nilai tukar mata uang asing

Perubahan nilai tukar berpengaruh dan akan terus mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil operasi kami. Sebagian besar kewajiban hutang kami adalah dalam denominasi Rupiah dan sebagian besar belanja modal Kami dalam Dolar AS. Sebagian besar pendapatan kami diperoleh dalam Rupiah dan hanya sebagian kecil dalam Dolar AS (antara lain dari layanan internasional). Kami juga dapat menambah hutang jangka panjang kami dalam mata uang lain selain Rupiah, termasuk dalam Dolar AS, untuk mendanai kebutuhan belanja modal.



Secara keseluruhan program manajemen risiko keuangan kami bertujuan untuk meminimalkan kerugian atas nilai aset dan liabilitas yang dapat timbul dari pergerakan nilai tukar mata uang asing. Kami mempunyai kebijakan tertulis untuk manajemen risiko mata uang asing terutama melalui penempatan deposito berjangka dan lindung nilai untuk mengantisipasi risiko fluktuasi mata uang asing dalam jangka waktu tiga sampai dengan dua belas bulan. 



Nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS relatif mengalami pelemahan pada tahun 2013 dan di masa depan kami tidak dapat menjamin bahwa kami akan mampu mengelola risiko nilai tukar dengan sukses atau bahwa usaha, kondisi keuangan atau hasil operasi kami tidak akan terpengaruh negatif akibat risiko nilai tukar.



Kami mungkin tidak mampu membiayai belanja modal yang dibutuhkan bagi kami untuk tetap kompetitif di industri telekomunikasi di Indonesia

Industri layanan telekomunikasi adalah padat modal. Agar kompetitif, kami harus secara terus-menerus mengembangkan, memodernisasi dan memperbaharui teknologi infrastruktur telekomunikasi kami, yang mencakup investasi modal yang substansial. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember, 2011, 2012 dan 2013 belanja modal konsolidasi masing-masing berjumlah Rp14.603 miliar, Rp17.272 milliar dan Rp 24,898 (US$ 3,030 juta), kemampuan kami untuk membiayai belanja modal di masa depan akan bergantung pada kinerja operasional masa depan, yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi saat ini, tingkat suku bunga, serta keuangan, bisnis dan faktor-faktor lainnya, banyak di antaranya berada diluar dari kendali kami, dan bergantung pada kemampuan kami untuk mendapatkan tambahan pembiayaan eksternal. Kami tidak dapat menjamin bahwa pembiayaan tambahan akan tersedia bagi kami dengan persyaratan yang sesuai secara komersial, atau akan tersedia pembiayaan tambahan sama sekali. Selain itu, kami hanya dapat menambah pembiayaan sesuai dengan ketentuan perjanjian hutang kami. Oleh karenanya, kami tidak dapat menjamin bahwa kami akan memiliki sumber modal yang cukup untuk mengembangkan atau memperluas teknologi infrastruktur telekomunikasi agar tetap kompetitif di pasar telekomunikasi Indonesia. Kegagalan kami melakukan hal tersebut dapat memberi dampak yang merugikan secara material terhadap bisnis, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha kami.

source :
http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0040_risiko.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar